Sabtu, 8 November 2008 | 11:35 WIB
JAKARTA, SABTU - Intelektual Muslim Siti Musdah Mulia mengatakan, masih banyak pemahaman yang keliru di masyarakat Indonesia dalam menempatkan posisi laki-laki dan perempuan. Hal ini disebabkan lekatnya budaya patriarkal di masyarakat kita.
Kekeliruan pemahaman dan diterapkannya nilai-nilai yang mendiskriminasi perempuan, menurutnya menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang 'sakit'.
Demikian dikatakan Musdah, dalam sarasehan Perempuan Serviam Menjawab Tantangan Zaman pada rangkaian peringatan 150 Tahun Sekolah Santa Ursula, Jakarta, Sabtu (8/11).
"Perempuan harus bisa memulai untuk melakukan perubahan. Masyarakat kita itu masyarakat yang sakit. Katanya, menikah itu harus. Menikah itu pilihan, mau nikah atau tidak pilihan bukan keharusan. Nanti setelah menikah, harus punya anak. Itu juga pilihan. Ini semua karena budaya yang ditanamkan dalam masyarakat kita, sehingga seringkali ada penafsiran yang salah," kata Musdah.
Hal pertama yang dapat dilakukan, mengupayakan tindakan konkret dengan merenkonstruksi budaya yang sudah mengakar. Budaya patriarkal yang masih memberikan kekuasaan pada laki-laki harus diubah menjadi egalitarian.
"Mulai dari pendidikan di keluarga. Misalnya, kita cobalah jangan membedakan pembagian tugas antara anak laki-laki dan perempuan," ujarnya.
Lanjut Musdah, pekerjaan-pekerjaan harian di rumah tangga seringkali dikatakan sebagai pekerjaan yang menjadi kodrat perempuan. Sebagai contoh, memasak ataupun mengurus anak. Padahal, menurutnya pekerjaan yang bersifat kodrati hanyalah yang berkaitan dengan fisik. Oleh karenanya, dalam pandangan dia hanya ada 4 pekerjaan yang menjadi kodrat perempuan yaitu menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.
"Inilah tantangan perempuan ke depan. Harus berani bicara dan berkata tidak atas nilai-nilai yang selama ini mendiskriminasi perempuan," kata Musdah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar